Selamat Datang di Blog ku..... Kalo Mau Dapet Duit Klik Banner Buat Gabung!!! Posisinya Paling Bawah ya.....

Senin, 31 Mei 2010

PENGELOLAAN OBAT PUSKESMAS

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup lima fungsi pokok yaitu perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penggunaan obat serta pencatatan dan pelaporan. Pengelolaan ini memerlukan pola atau tata laksana dan perangkat lunak lainnya, serta tenaga dan sarana dalam rangka pencapaian tujuan.
Tujuan dari pengelolaan obat yaitu memelihara dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis di unit-unit pelayanan melalui penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat waktu, tepat jumlah serta tepat tempat.
2.4.1 Perencanaan
Proses memilih jenis dan menetapkan jumlah perkiraan kebutuhan obat di suatu unit pelayanan kesehatan atau unit kerja atau wilayah merupakan suatu perencanaan kebutuhan obat. Persiapan-persiapan yang diperlukan dalam memilih jenis dan menetapkan jumlah obat secara tepat antara lain :
1. Menetapkan tujuan dan sasaran serta metode atau prosedur pencapaian.
2. mengumpulkan dan menganalisis data
3. Evaluasi proses perencanaan
2.4.2 Pengadaan
Pengadaan adalah suatu proses untuk memperoleh obat yang dibutuhkan oleh puskesmas. Adapun maksud dan tujuan dari sistem pengadaan yang dikelola baik adalaha:
1. Mendapat obat dengan mutu tinggi
2. Memperoleh obat dengan jenis dan jumlah yang tepat
3. Optimasi pengelolaan persediaan obat melalui prosedur pengadaan yang baik
4. Menjamin pencapaian yang cepat dan tepat waktu
2.4.3 Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan yang menyangkut aspek-aspek penerimaan dan pengecekan, pengendalian, penyimpanan obat dalam gudang dan penyerahan termasuk penyerahan obat ke pasien.
1. Penerimaan dan pemeriksaan
merupakan suatu rangkaian dalam menerima obat-obatan baik dari pemasok maupun dari gudang obat Daerah tingkat I atau dari suartu unit pelayanann kesehatan kepada unut pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka memenuhi persanan atau permintaan obat dari unit yang bersangkutan.
2. Penyimpanan
penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obat-obtan yang diterimas oada tempat yang dinilai aman. Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah :
a. memelihara mutu obat
b. menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
c. Menjaga kelangsungn persediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan obat
e. Menghindari kerusakan pada kualitas obat.
Tanda-tanda perubahan mutu obat :
a. Tablet
- Adanya kerusakan berupa noda, lubang sumbing, pecah, retak atau terdapat benda-benda asing.
- Terjadi perubahan warna
b. Kapsul
- Kapsul dalam keadaan terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan yang lainnya.
- Terjadi perubahan warna isis kapsul
c. Injeksi
- Larutan tidak jernih
- Adanya kebocoran pada wadah
- Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi
Sistem penyimpanan obat
a. Sistem FIFO (First In First Out) yaitu, system penyimpanan obat dimana obat yang dating lebih awal dikeluarkan terlebih dahulu.
b. Sistem FEFO (First Expired First OUT)yaitu, sestem penyimpanan berdasarkan mesa berlakunya obat tersebut (expire date) dimana obat yang lebih awal waktu kadaluarsannya akan dikeluarkan terllebih dahulu.
c. Penyimpanan berdasarkan tingkat penggunaan obat yaitu system penyimpanan obat yang sering di gunakan diletakkan di tempat yang mudah terjangkau.
3. Penyerahan dan pengiriman
Tujuan adalah agar obat-obatan yang diserahkan baik jenis dan jumlahnya sesuai dengan dokumen yang menyertai.
4. Pengendalian persediaan
Tujuannya dalah menyediakan obat-obatan dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pada waktu yang tepat dengan cara ekonomis dan efisien.
5. Penghapusan obat
Merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka pembebasan barang atau obat-obatan milik kekayaan negara dari pertanggung jawabn berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
Tujuan dari penghapusan obat adalah :
a. Menjaga keselamatan kerja dan pengotoran lingkungan.
b. Sebagai sumber dana bagi negara
c. Penghapusan pertanggung jawaban para petugas terhadap barang atau obat-ibatan yang diurus.
d. Menghindari kerugian negara akibat hancurnya barang atau obat-obatan
e. Menghindarkan pembiayaan
2.4.4 Penggunaan obat
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana obat yang terbatas di sektor pemerintah dan rasionalisasi penggunaan obat, terutama di unit-unit pelayanan puskesmas dan rumah sakit di Daerah Tingkat II maka perlu dilakukan baebagai upaya lain untuk meningkatkan mutu prekripsi dan penggunaan obat secara tepat, efektif, aman dan efisien.
Langkah-langkah penting dalam pengunaan obat :
1. Diagnosa yang tepat
2. Peresepan yang rasional, efektif, efisien dan aman
3. Pelayanan yang baik
4. Kemasan dan etiket yang baik dan sesuai
5. Memberikan informasi yang jelas dalam penggunaan obat oleh pasien
Pelayanan obat merupakan komponen dasar dari sistem logistik obat. Pelayanan tanpa adanya kebijakan rasional dan pendekatan sistematik pada waktu penyerahan obat kepada pasien maka sistem logistik obat gagal mencapai sasaran dalam menjamin tersedianya obat gagal essensial.
Pelayanan obat yang baik terdiri dari 5 kategori :
1. Memahami isi permintaan
Petugas kamar obat terlebih dahulu memeriksa permintaan (resep) sebelum meracik obat dan apabila ada keraguan tentang isi resep maka dapat ditanyakan kepada teman di apotek atau langsung bertanya pada dokter secara langsung.
2. Mencari dan mengumpulkan obat
Petugas membaca etiket masing-masing kemasan yang umumnya memuat informasi nama obat, kadar, bentuk sediaan, dan waktu kadaluarsa.
Petugas kamar obat yang terlatih baik akan membaca etiket minimal 2 kali untuk mencegah kesalahan membaca resep atau kesalahan pengembalian obat.
3. Formulasi
Obat yang tersedian kebanyakan tidak perlu diracik sehingga hanya tinggal menghitung, membagi atau mengencerkannya. Dalam menghitung jumlah obat diperlukan ketelitian. Obat racikan pada anak-anak harus sesuai dengan dosis yang diberikan dan di teliti dalam menghitung dosis. Jumlah obat yang diberikan harus sesuai dengan resep yang dituliskan dalam lembar resep.
4. Pengemasan dan pemberian etiket
Pengemasan untuk tablet dan kapsul yang bisa dipergunakan di puskesmas adalah wadah plastik. Pemberian etiket pada wadah dilakukan setelah pengemasan. Hal ini penting dilakukan karena diharapkan dengan membaca dan memahami isis etiket, pasien dapat mengerti cara menggunakan obat tertentu. Informasi yang diberikan pada etiket harus rapih, singkat tapi jelas dan jangan ada singkatan.
2.4.5 Pencatatan dan pelaporan
1. Pencatatan
Pencatatan adalah kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib. Semua obat yang diterima, disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan di unit pelayanan puskesmas harus dicatat.
Kegiatan ini meliputi :
a. Pencatatan penerimaan stock
Setiap obat yang diterima kemudian dicatata dalam buku stok. Stok opname ini untuk mengetahui persediaan obata digudang, dari selisish jumlah obat yang masuk dikurang jumlah obat yang keluar. Stok opname juga menginformasikan tentang obat yang telah kadaluarsa, adanya obat yang rusak diakibatkan adanya kelemahan dalam penyimpanan dan adanya persediaan yang mengendap selama 6 bulan.
b. Pencatatan, pengeluatan dan pemakaian obat
Dokumen yang memuat semua obat yang diperlukan dari gudang atau yang dipakai untuk pasien.
c. Pencatatan persediaan obat
Dokumen yang memuat sumber obat yang tersedia. Dilihat dari sisa stok dan obat yang masuk.
2. Pelaporan
Laporan pemakaian obat dilaporkan dalam bentuk Laporan Pemakaian dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO). Puskesmas kelurahan melaporkan hasil LPLPO setiap bulan ke puskesmas kecamatan dan puskesmas kecamatan melaporkan hasil LPLPO setiap bulan ke Sudinkes
read more “PENGELOLAAN OBAT PUSKESMAS”

Kamis, 06 Mei 2010

Masalah dalam prosos pembuatan tablet

1. Variasi bobot

Factor yang mempengaruhi variasi bobot dari suatu tablet adalah keseragaman dari ukuran dan bentuk dari granul yang dibuat dalam proses granulasi. Penyebab variasi bobot terlalu besar yaitu sifat alir granul yang jelek, terjadinya pemisahan granul karena kurang meratanya cairan pengikat pada waktu proses granulasi atau kekeringan granul yang tidak merata dan adanya perbedaan ukuran, pada penempataan dengan mesin rotary, serta adanya variasi bobot tablet juga disebabkan karena pemasangan punch bawah yang kurang tepat.

2. Penempelan ( Binding )

Kerusakan pada tablet dimana tablet menempel di dinding punch dikarenakan adanya ketidaksesuaian pada pengaturan pencetakan dan dapat juga disebabkan oleh granul yang terlalu lembab atau dapat juga disebabkan kurang atau tidak cocoknya akan penambahan suatu bahan pelincir atau anti lengket.

3. Terbelah ( Capping )

Kerusakan pada tablet dimana terbelahnya lapisan atas dan bawah tablet sebagian atau menyeluruh yang disebabkan karena granul yang terlalu kering. Hal ini dapat diatasi dengan cara menambah air pada granul lalu dikeringkan kembali . selain itu ada factor lain penyebab capping yaitu kurangnya pengikat, terlalu banyaknya fines dari granul ataupun karena bentuk tablet yang bervariasi.

4. Retak ( Cracking )

Kerusakan pada tablet dimana granul yang terlalu lembab yang dapat diatasi dengan pengeringan kembali dari granulat, ketidaksesuaian penggunaan lubrikan yang dapat diatasi dengan mengganti lubrikan, serta factor mekanik yang terjadi akibat ketidaksesuaian punch.

5. Sticking

Kerusakan pada tablet dimana ada sebagian massa tablet yang melekat pada stempel, dapat disebabkan oleh beberapa factor misalnya pengaruh dari lingkungan yang diatasi dengan mengeringkan granul atau memperbaiki kondisi udara di ruangan, penurunan titik lebur yang diperbaiki dengan perbaikan granulat sesuai komposisi, penurunan kohesi komposisi tunggal diperbaiki dengan perbaikan granulat sesuai komposisi, penurunan kohesi komposisi tunggal diperbaiki dengan menaikan tekanan sedikit demi sedikit.

6. Picking

Kerusakan pada tablet dimana terjadi penempelan sebagian kecil dari permukaan tablet, biasanya terjadi pada penundaan penyebab picking adalah granulat yang lembab, terlalu banyak fines, kurangnya bahan antiadheren, penandaan yang terlalu rapat serta punch yang permukaannya rusak.

7. Mottling

Keadaan dimana distribusi warna tablet tidak merata dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelap pada permukaan yang seragam. Penyebab mottling ialah berbedanya warna obat dengan bahan penambah atau bila hasil urai obatnya berwarna yang dapat diatasi dengan pemberian zat warna dengan pencampuran yang merata dan homogen (Lacman, et al, 1994).
read more “Masalah dalam prosos pembuatan tablet”

Sabtu, 01 Mei 2010

10 persyaratan dasar CPOB ==Cara Pembuatan Obat Yang Baik==

Sepuluh persyaratan dasar CPOB:

1. Semua prosedur pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis dan terbukti mampu menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah di tetapkan.

2. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi.

3. Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB

4. Prosedur dan instruksi ditulis dan dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia.

5. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar.

6. Pencatatan dilakukan selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi.

7. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk yang mudah di akses.

8. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap mutu obat.

9. Tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran.

10. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan pengulangan kembali keluhan
read more “10 persyaratan dasar CPOB ==Cara Pembuatan Obat Yang Baik==”

Metode pembuatan tablet

Secara umum tablet di buat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung (Anonim,2005).

1. Granulasi basah

Metode granulasi basah biasanya digunakan untuk zat aktif dengan jumlah besar dengan aliran yang buruk, tahan terhadap adanya air dan pemanasan. Zat berkhasiat, pengisi, dan penghancur di campur dengan baik dan homogen, lalu di basahi dengan larutan bahan pengikat, dan ditambah bahan pewarna bila perlu. Setelah itu, campur di ayak menjadi granul dan di keringkan dalam lemari pengering pada suhu 40°C – 50°C. Setelah kering, campurn di ayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang di perlukan, kemudian di tambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.


2. Granulasi kering.

Metode granulasi kering di gunakan untuk zat yang tidak tahan terhadap adanya air dan pemanasan serta bahan yang kompresibilitasnya kurang baik. Granulasi ini dilakukan dengan mencampurkan zat berkhasiat, pengisi dan penghancur, dan ditambahkan zar pengikat dan pelicin bila perlu agar menjadi masa serbuk yang homogen. Setelah itu massa serbuk di kempa pada tekanan tinggi menjadi tablet besar (slug) yang belum memiliki bentuk yang baik, kemudian digiling dan di ayak hingga di peroleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Akhirnya, granul dikempa kembali dan dicetak sesuai dengan ukuran tablet yang diinginkan. Keuntungan cara ini adalah tidak diperlukannya panas dan kelembapan dalam proses granulasi kering.

3. Kempa langsung

Pembuatan tablet dengan cara kempa langsung dilakukan apabila jumlah zat berkhasiat per tablet cukup dicetak, zat berkhasiat dapat mengalir bebas (free - flowing) dengan baik, zat berkhasiat berbentuk kristal yang dapat mengalir bebas, misalnya tablet heksamin, tablet NaCl, tablet KmnO4. (syamsuni, 2006).
read more “Metode pembuatan tablet”